YAYASAN BERITA HIDUP
|
|
Ohola dan Oholiba adalah dua tokoh simbolis yang disebut dalam Kitab Yehezkiel pasal 23 di Alkitab.
Mereka bukan perempuan nyata, melainkan gambaran alegoris (perumpamaan) yang dipakai oleh nabi Yehezkiel untuk melambangkan dua kerajaan Israel yang telah berkhianat kepada Tuhan.
Ohola berarti “kemahnya sendiri”
→ Melambangkan Kerajaan Israel Utara (dengan ibu kota Samaria).
→ Ia disebut “memiliki kemahnya sendiri” karena mendirikan tempat ibadah sendiri, tidak lagi mengikuti penyembahan di bait Allah di Yerusalem.
Oholiba berarti “kemah-Ku ada di dalamnya”
→ Melambangkan Kerajaan Yehuda (dengan ibu kota Yerusalem).
→ Tuhan menyatakan bahwa bait-Nya berada di Yerusalem — tetapi rakyatnya tetap berbuat dosa dan menyembah berhala.
Dalam Yehezkiel 23, keduanya digambarkan sebagai dua saudari yang:
Dulu dikawinkan secara rohani dengan Tuhan (artinya: umat pilihan Allah),
Tetapi kemudian berzina secara rohani, yaitu menyembah berhala, mengandalkan bangsa-bangsa asing, dan melupakan kasih Tuhan.
Karena itu, Tuhan menegur mereka dengan keras melalui nabi Yehezkiel — sebagai peringatan atas ketidaksetiaan umat-Nya.
Ohola dan Oholiba adalah lambang dari Kerajaan Israel Utara dan Yehuda Selatan, dua bangsa yang pernah dikasihi Tuhan, tetapi jatuh ke dalam penyembahan berhala dan dihukum karena ketidaksetiaan.
Kisah Ohola dan Oholiba dalam Yehezkiel 23 mengandung pelajaran rohani yang dalam dan relevan, baik secara pribadi maupun bagi umat Tuhan secara kolektif. Berikut beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil:
Kedua saudari ini melambangkan umat Allah yang pernah dikasihi dan dipilih, tetapi kemudian berpaling kepada berhala.
➡️ Pesannya: Kasih Tuhan itu setia, namun Ia juga menuntut kesetiaan dari umat-Nya.
Ibadah dan pelayanan tanpa kesetiaan hati hanya menjadi formalitas kosong.
Ohola dan Oholiba tidak hanya menyembah patung, tetapi juga mengandalkan bangsa-bangsa lain dan kekuatan duniawi.
➡️ Pelajaran bagi kita: “Berhala” zaman ini bisa berupa ambisi, uang, status, atau hubungan yang menggantikan tempat Allah di hati kita.
Tuhan mengizinkan bangsa-bangsa yang mereka kejar untuk menghukum mereka.
➡️ Artinya, jalan yang jauh dari Tuhan pasti berakhir pada kehancuran — bukan karena Allah kejam, tetapi karena dosa selalu membawa akibat.
Meskipun kisah ini keras, pesan Allah selalu mengandung harapan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya.
➡️ Ia rindu umat-Nya menyadari kesalahan, meninggalkan “berhala”, dan kembali kepada kasih mula-mula.
Yehezkiel 23 menggambarkan Tuhan sebagai Pribadi yang cemburu secara kudus, bukan karena ego, tetapi karena kasih-Nya murni dan penuh komitmen.
➡️ Ia tidak rela berbagi kasih umat-Nya dengan berhala dunia — karena Ia ingin memberi kehidupan yang sejati.
“Kesetiaan kepada Allah adalah bukti cinta sejati.
Saat kita berpaling kepada dunia, kita kehilangan damai yang sejati.
Tetapi ketika kita kembali, kasih-Nya selalu siap menyambut kita.”
Artikel 2: Harapan Baru — pentingnya memiliki visi dalam perjalanan hidup.
Artikel 3: Pelayanan Tanpa Batas — kasih dan dedikasi dalam membangun sesama.
Artikel 4: Iman dan Tindakan — bagaimana kepercayaan diwujudkan melalui perbuatan nyata.
![]() |
|
![]() |
Terdaftar Ulang di Departemen Agama RI No. 77 tahun 1990,
SK DIRJEN ADMINISTRASI HUKUM UMUM - KEMENKUMHAM, Tanggal 21 Oktober 2016,
No. AHU-AH.0000780.AH.01.05 Tahun 2016, Akte Notaris No 6, Tanggal 20 Oktober 2016
JL. Solo – Kalioso Km. 7 Dk. Selorejo, Rt 02 Rw. 09 Ds. Wonorejo,
Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, 57188, Jawa Tengah
PO. Box 247 Solo 57102 - Ph. (0271) 853323; (0271) 854178
website: www.amgindonesia.org | email: apostolosministry@yahoo.co.id